TREMATODA
A. Definisi
Trematoda disebut sebagai cacing isap, adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Platyhelminthes. Jenis cacing Trematoda hidup sebagai parasit karena cacing ini memiliki alat penghisap (sucker). Alat penghisap ini terdapat pada mulut di bagian anterior yang digunakan untuk menempel pada tubuh inangnya, makanya disebut pula cacing hisap. Pada saat menempel cacing ini menghisap makanan berupa jaringan atau cairan tubuh inangnya. Dengan demikian maka Trematoda merupakan hewan parasit, karena merugikan dengan hidup ditubuh organisme hidup dan mendapatkan makanan dari inangnya.
Trematoda dewasa umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata. Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula. Permukaan tubuhnya tidak memiliki silia.
B. Morfologi
Cacing dewasa : pipih dorsoventral, simetris bilateral, tak berongga
Ukuran : 1-75 mm
Tanda khas : 2 buah batil isap ( mulut dan perut )
Bersifat hermaprodit
Telur berada dalam : saluran hati, usus, paru, pembuluh darah
Hospes Perantara I ( HP I ) : keong air
Hospes Perantara II ( HP II ) : ikan, ketam, udang
C. Patologi
Usus : gastrointestinal ringan : muntah, diare
Paru : batuk, sesak, batuk darah
Hati : radang saluran empedu, ikterik (kuning), sirrosis hati
Darah : pseudo abses, fibrosis jaringan
Diagnosis : ditemukan telur di tinja, dahak, biopsi jaringan dan serologi
D. Jenis
a) TREMATODA PEMBULUH DARAH
1. Morfologi dan Siklus Hidup
Cacing ini berbeda dengan Trematoda yang lain karena bentukna yang khas, yaitu kecil memanjang dengan jenis kelamin terpisah. Terdapat 3 spesies trematoda darah ini, yaitu Schistosoma japonicum, S. haematobium, dan S. mansoni.
Schistosomiasis pada manusia dibagi dalam 3 stadium, yaitu:
a. Perkembangan: mulai saat serkaria menembus kulit sampai menjadi cacing dewasa.
b. Pengeluaran telur secara aktif oleh cacing dewasa.
c. Proliferasi dan perbaikan.
Selain spesies yang ditemukan pada manusia, masih banyak spesies yang hidup pada binatang dan kadang-kadang dapat menghinggapi manusia.
2. Hospes dan Nama penyakit
Hospes definitif adalah manusia. Berbagai macam binatang dapat berperan sebagai hospes reservoar.
Pada manusia, cacing ini menyebabkan penyakit skistosomiasis atau bilharziasis.
3. Morfologi dan Daur Hidup
Cacing dewasa jantan berwarna kelabu atau putih kehitam-hitaman, berukuran 9,5-19,5 mm x 0,9 mm. Badannya berbentuk gemuk bundar dan pada kutikulumnya terdapat tonjolan halus sampai kasar tergantung spesiesnya. Dibagain ventral badan terdapat canalis gynaecophorus, tempat cacing betina, sehingga tampak seolah-olah cacing betina ada didalam pelukan cacing jantan. Cacing betina badannya lebih halus dan panjang, beukuran 16,0-26,0 mm x 0,3 mm. Pada umumnya uterus 50-300 butir telur. Cacing trematoda ini hidup di pembuluh darah terutama di kapiler darah dan vena kecil dekat permukaan selaput lendir usus atau kandung kemih.
Cacing betina meletakan telur di pembuluh darah. Telur tidak mempunyai operkulum. Telur cacing Schistosoma mempunyai duri dan lokalisasi duri tergantung spesiesnya. Telur berukuran 95-135 x 50-60 mikron. Telur dapat menembus keluar dari pembuluh darah, bermigrasi ke jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus atau kandung kemih untuk ditemukan di dalam tinja atau urin. Telur menetas didalam air. Larva yang keluar disebut mirasidium.
Cacing ini hanya mempunyai satu macam hospes perantara yaitu siput air dan tidak ada hospes perantara kedua. Mirasidium msauk kedalam tubuh siput air dan berkembang menjadi sporokista I dan sporokista II kemudian menghasilkan metaserkaria yang banyak. Serkaria adalah bentuk onfektif cacing Schitosoma. Cara infeksi pada manusia adalah serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk kedalam air yang mengandung serkaria. Waktu yang diperlukan untuk infeksi cacing adalah 5-10 menit. Setelah serkaria menembus kulit, kemudian masuk kedalam kapiler darah, mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan, kemudian masuk ke sistem peredaran darah besar, kecabang-cabang vena portae dan menjadi dewasa dihati. Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus atau vena kandung kemih kemudian cacing betina bertelur setelah berkopulasi.